Kamis, 30 Desember 2010

TAFSIR QS. ALI IMRON 110

A. Lafadz dan Terjemahan Q.S. Ali Imron : 110
  •  ••                    
”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
B. Tafsir Mufradat
1. Kata • berarti golongan yang berdiri sendiri dan banyak individu yang antara mereka terdapat ikatan yang menghimpun dan persatuan yang membuat mereka seperti organ dalam satu tubuh.
2. Kata  berarti ditampakkan. Dengan begitu penampakannya tersebut menjadikan perbedaan dengan yang lain.
3. Kata  berarti menyuruh. Kata menyuruh berfungsi untuk memberikan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu.
4. Kata  berarti dikenal. Dalam hal ini berarti dapat dimengerti dan dipahami serta diterima oleh syariat dan akal.
5. Kata  berarti melarang. Berfungsi untuk mencegah seseorang dalam melaksanakan perbuatan terutama perbuatan jelek.
6. Kata  merupakan lawan kata dari ma’ruf.
7. Kata  adalah orang-orang ahlul kitab yakni Nasrani dan Yahudi.
8. Kata  berarti fasik. Orang yang fasik adalah orang yang melenceng dari ajaran agama.
C. Isi Kandungan Ayat
Dalam ayat ini disebutkan bahwasanya umat Muhammad SAW (umat Islam) merupakan umat yang terbaik yang dilahirkan di dunia ini dibandingkan dengan umat yang lain. Umat Islam dikatakan yang terbaik karena dalam kehidupannya melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, juga dapat dikatakan menyuruh kepada kebaikan dan menentang kejahatan. Selain itu juga beriman kepada Allah SWT.
Dari nukilan tersebut jelaslah bahwa sebutan sebaik-baik umat harus berpangkal pada 3 hal yaitu :
1. Amar Ma’ruf
2. Nahi Mungkar
3. Beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya.
Hasby Ash Shiddiqy menyebutkan bahwa didahulukannya amar ma’ruf nahi mungkar karena hal tersebut merupakan benteng iman dan dengannyalah terpelihara iman. Hal ini menunjukkan bahwa perwujudan iman yang semakin kuat adalah semakin giatnya seseorang dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.

Perkara Ma’ruf, Perkara Mungkar dan Keimanan
Seperti yang telah disebutkan bahwa ma’ruf merupakan segala sesuatu yang dianggap baik dan dapat diterima oleh syariat dan akal di masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada penolakan oleh masyarakat.
Perkara ma’ruf yang paling agung adalah agama yang haq, iman, tauhid, dan kenabian . Oleh karena itu, setiap individu seorang muslim harus tertancap dengan kuat keimanannya. Hal ini dikarenakan iman merupakan sumber dari akhlaq yang baik.
Sedangkan perkara yang mungkar merupakan kebalikan dari perkara yang ma’ruf. Hal yang bersifat mungkar mendapat penolakan di dalam masyarakat. Perbuatan mungkar yang paling besar adalah kafir. Kafir adalah kemungkaran yang paling besar karena sangat bertentangan dengan keimanan.
Amar ma’ruf nahi mungkar dilakukan dalam melaksanakan perintah yang jelas dalam Al Quran yaitu jihad. Kewajiban berjihad di dalam agama ialah pembebanan yang paling besar kepada seseorang guna menyampaikan manfaat yang paling besar dan membebaskan dari kejelekan yang paling besar. Jika melihat pengertian tersebut, jihad yang dimaksud adalah perang, jika situasi menghendaki demikian. Namun jihad juga dapat dilakukan dengan hati dan lisan.
Adapun contoh dari amar ma’ruf seperti mengajak orang untuk sembahyang lima waktu, dakwah, tolong menolong dalam ketaqwaan dan masih banyak lainnya. Sedangkan contoh nahi mungkar seperti mendamaikan orang yang berselisih, memberantas kriminal, korupsi, narkoba dan hal-hal lain yang merusak kedamaian dan kelestarian alam.
Dalam pelaksanaannya, jihad membutuhkan keberanian. Keberanian itu diperoleh dari iman kepada Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah maka terbebas dari pengaruh dari pihak lain karena ia hanya berlindung kepada Allah semata. Dengan begitu hilanglah rasa takut kepada makhluk ciptaan Allah. Hilangnya rasa takut itu memunculkan kebebasan dalam melaksanakan jihad.
Kebebasan dalam ber-amar ma’ruf nahi mungkar mempunyai tiga intisari yaitu :
a. Kebebasan kemauan (iradat)
Dengan kebebasan iradat maka seorang muslim berani menjadi penyuruh dan pelaksana amar ma’ruf.
b. Kebebasan menyatakan pikiran
Dengan kebebasan pikiran seorang muslim berani untuk menyatakan penentangan terhadap kemungkaran. Dengan tegas ia mengatakan ini salah dan ini yang baik.
c. Kebebasan jiwa dari keraguan
Dari dua kebebasan di atas ada satu kebebasan yang merupakan sumber dari kedua kebebasan jiwa. Kebebasan jiwa diperoleh dari keimanan seorang muslim kepada Allah SWT.
Seperti yang disebutkan dalam ayat ini yaitu ummat, sehingga dalam hidup ini kita hidup dalam suatu golongan yang terdiri dari banyak individu. Setiap individu memiliki kebebasan masing-masing. Kebebasan-kebebasan individu tersebut akan terhenti jika bertemu dengan kebebasan individu yang lain. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat, kebebasan tersebut diikat oleh undang-undang (syariat). Syariat sendiri bersumber dari akhlaq, sehingga penghubung dari kebebasan adalah akhlaq.seddangkan akhlaq sendiri bersumber dari iman kepada Allah.
Dengan akhlaq tersebut akan mengharmoniskan hubungan antara sesama manusia. Dengan kata lain kepentingan umum harus lebih diutamakan daripada kepentingan individu. Berbeda jika salah satu mementingkan diri sendiri maka akan timbul perpecahan karena yang kuat dialah yang menang sedangkan yang lemah dialah yang kalah.


Perbandingan dengan Ahlul Kitab
“...Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”
Jika dilihat, ayat ini menunjukkan kemungkinan bagi para ahlul kitab yang ingin mencapai derajat sebaik-baik umat. Namun ada satu syarat yang harus dipenuhi yaitu iman kepada Allah.
Dalam kehidupan saat ini, banyak orang-orang non muslim yang melakukan kebaikan-kebaikan seperti menyumbang untuk pendidikn, kesehatan dan lain-lain. Namun dalam hati mereka tidak ada kebebasan jiwa yang bersumber dari iman kepada Allah. Keimanan yang mereka yakini tidak bisa menghasilkan iman yang dicintai oleh Allah dan Rosul-Nya. Keimanan seperti itu hasilnya bukan amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan demikian iman kepada Allah merupakan pondasi dasar dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam membandingkan antara umat Islam dengan ahlul kitab, Al Quran sangat teliti dan berdasarkan fakta yang ada. Islam tidak mendakwa semua umat non muslim (ahlul kitab) adalah fasik dan tersesat. Namun menggunakan kata sebagian besar yang berarti tidak semua orang dari golongan tersebut fasik dan sesat. Adapun beberapa orang ahlul kitab yang beriman kepada Allah antara lain Salman al Farisi (dulunya Yahudi), Raja Negus (dulunya Nasrani) dan lain-lain. Merekalah orang-orang ahlul kitab yang mendapat cahaya iman sehingga masuk dalam umat yang terbaik.

D. Kesimpulan
Dari uraian isi kandungan QS. Ali Imron : 110 dapat ditarik kesimpulan bahwa umat Islam dalam menjaga predikat umat yang terbaik harus melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar yang dilandasi iman kepada Allah. Pelaksanaan kebaikan tanpa dilandasi iman menurut pandangan ahli tafsir tidak bisa disebut amar ma’ruf nahi mungkar.
Dengan demikian dalam individu setiap muslim hendaknya iman melekat erat dengannya. Dengan iman tersebut maka akan semakin mudah hati kita untuk ikhlas dalam berjihad di jalan Allah.
Setiap muslim hendaknya sadar bahwa dalam kehidupan bermasyarakat ada kebebasan atau kepentingan-kpentingan orang lain selain dirinya. Untuk itu perlu menumbuhkan sikap toleran dan lebih mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. Dengan begitu kehidupan masyarakat akan menjadi lebih harmonis dan damai.






DAFTAR PUSTAKA

Al Maraghi, Ahmad Musthafa. 1993. Terjemah Tafsir Al Maraghi. Semarang : CV. Toha Putra
Hamka.1984. Tafsir Al Azhar. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas
Hasby Ash Shiddieqy. Tafsir Al Quranul Madjied An Nur. Jakarta : Bulan Bintang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar