Kamis, 30 Desember 2010

review buku psikologi perkembangan islami

I. Identitas Buku
Judul buku : Psikologi Perkembangan Islami
Penulis : Aliah B. Purwakania Hasan
Tebal buku : xii, 370 hlm.
Tahun Terbit : 2008
Penerbit : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

II. Review
Buku Psikologi Perkembangan Islami merupakan buku yang membahas psikologi dengan sudut pandang Islam dengan menggabungkan antara ayat-ayat kauniyah dengan ayat-ayat qauliyah. Sehingga ada integrasi antara Islam dengan psikologi modern. Hal ini dirasa perlu karena ada beberapa perbedaan antara psikologi perkembangan modern dengan psikologi perkembangan Islami seperi perbedaan cara pandang dan gaya hidup dan kritik metodologi.
Dari cara pandang psikologi perkembangan modern lebih bersifat sekuler dan materialistis, sedangkan psikologi perkembangan Islami memandang bahwa manusia memiliki komponen materi dan spirit, sehingga diperlukan keseimbangan antara keduanya. Adapun dari segi metodologi ada tiga perbedaan yang ada yaitu sumber pengetahuan, makna pengujian dan tujuan dari data empirik.
Sama halnya dengan psikologi perkembangan, psikologi perkembangan Islami juga membahas pertumbuhan atau perubahan manusia. Adapun yang dibahas dalam buku ini adalah faktor hereditas, perkembangan prakelahiran, perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan peran jenis kelamin, perkembangan moral, perkembangan spiritual dan kematian serta kehidupan setelah mati. Jadi psikologi perkembangan Islami dengan studi literatur agama dapat memperluas ruang lingkupnya dengan mambahas kehidupan setelah mati.
Menurut penelitian faktor hereditas merupakan salah satu faktor yang penting dalam perkembangan manusia karena mempengaruhi intelektual dan kepribadian seseorang. Dalam buku ini selain mengemukakan tentang proses genetik secara ilmiah juga mengutip beberapa ayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadits yang menyebutkan tentang genetika, seperti “Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan”(QS. Al Qiyamah : 37-39).
Masa prakelahiran merupakan tahapan pertama yang dibahas dalam buku psikologi perkembangan Islami. Tahapan ini dibagai menjadi tiga yaitu tahap germinal (pra-embrionik), tahap embrio dan tahap fetal. Pada tahap prakelahiran juga dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam buku ini mengutip beberapa ayat seperti QS. Al Hajj : 2, QS. Al-Ra’d : 8-9, QS. Al Baqarah : 233 dan lain-lain. Lingkungan yang kurang baik selain dapat menggugurkan kandungan juga dapat menyebabkan gangguan atau ketidaksempurnaan pada bayi.
Bahasan yang kedua adalah perkembangan fisik. Pada perkembangan fisik dibagi menjadi empat periode yaitu periode pertumbuhan, periode pencapaian kematangan, periode usia baya, periode penuaan. Pada periode pertumbuhan ada beberapa perkembangan yang terjadi seperti perkembangan motorik bayi, anak-anak sampai masa pubertas. Pada periode kematangan terjadi proses kematangan baik intelektual maupun fisik. Periode ini terjadi sekitar umur 30 sampai 40 tahun. Periode usia baya juga disebut periode pertengahan yang terjadi sekitar umur 40 sampai 60 tahun. Pada tahap ini kematangan telah melewati puncaknya. Penurunan dari segi fisik dan mental juga mulai terjadi. Periode penuaan terjadi setelah umur 60 tahun. Dalam hadits disebutkan ”masa penuaan umur umatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh tahun ” (HR. Muslim dan Nasa’i).
Bahasan ketiga, perkembangan kognitif. Islam sangat memperhatikan perkembangan kognitif seseorang, bahkan dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Dasar awal perkembangan kognitif adalah penginderaan, persepsi dan belajar.
Kajian lainnya adalah perkembangan emosional. Dalam perspektif Islam segala macam emosi dan ekspresinya diciptakan oleh Allah melalui ketentuannya. Emosi antara bayi, anak-anak, remaja dan dewasa tidaklah sama begitu pula ekspresinya. Selain itu juga ada ikatan emosional seperti ikatan emosional bayi dengan ibunya, orang tua dengan anak-anak dan juga ikatan emosional dengan pasangan hidup.
Dalam perkembangan sosial yaitu kognisi sosial, Islam mengajarkan untuk mengenal orang lain dalam berinteraksi sosial. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dituntut untuk berbuat adil dalam menjalankankan peran sosialnya. Adapun fakor yang mempengaruhi perkembangan sosial adalah lingkungan. Sejalan dengan perkembangan seseorang interaksi sosial menjadi lebih kompleks. Hal ini dapat dilihat dalam sistem bioekologikal yang disusun oleh Urie Bronfenbrenner. Selain juga banyak teori-teori yang membahas tentan perkembangan sosial seperti teori Erik Eriksonyang melihat rentang kehidupan dalam urutan konflik psikososial, Robert Selman menyusun tahap pengambilan perspektif sosial dan lain-lain.
Dalam melakukan interaksi sosial diperlukan isyarat atau simbol untuk menjalankan proses tersebut maka diperlukan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Perkembangan bahasa sudah dimulai sejak masih bayi. Mereka dengan mudah membedakan suara yang mirip percakapan dan lebih sensitive terhadap berbagai variasi bunyi.
Al Qur’an menggambarkan bahwa salah satu kekuasaan Allah adalah perkembangan bahasa yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Pergaulan antarbangsa dan antar suku bangsa dengan bahasa yang berbeda-beda membuat seseorang dapat menguasai berbagai jenis bahasa sekaligus yang disebut dengan multilingualisme. Multilingualisme dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu tingkat personal, tingkat sosial, tingkat interaksi sosial dan tingkat linguistik.
Setelah memahami peran sosial maka lebih lanjut dibahas mengenai peran jenis kelamin atau yang sering disebut dengan gender.sebelum membahas gender perlu diperhatikan pembagian usia yang mengatur hubungan antara laki-laki dengan perempuan. Pembagian itu adalah usia pemisahan (7-10 tahun), usia pubertas (10-14 tahun) dan usia pendewasaan ( 13-16 tahun). Dengan begitu kita dapat mendidik anak sesuai dengan perkembangannya. Ada beberapa teori yang membahas tentang peran jenis antara lain teori biososial John Money dan Anke Ehrhardt (1972), Albert Bandura (1989) dan Walter Mischel (1970), Lawrence Kohlberg (1966) dan lain-lain.
Teori Sigmund Freud merupakan salah satu teori pembentukan kepribadian. Teori ini membagi perkembangan psikoseksual menjadi lima tahap yaitu tahap oral (0-1,5 tahun), tahap anal (1-3tahun), tahap falik (3-5 tahun), tahap laten (5-10 tahun), dan tahap genital (pubertas sampai seterusnya).
Perkembangan selanjutnya yang dibahas adalah perkembangan moralitas. Perilaku-perilaku dasar moral antara lain perilaku prososial seperti saling berbagi, kontrol agresivitas, dan penerapan prinsip keadilan sosial. Menurut Lawrence Koehlberg ada tiga tingkatan perkembangan penalaran moral yaitu tingkat prakonvensional, tingkat moralitas konvensional, tingkat moralitas pascakonvensional.
Perkembangan moral juga membahas tentang pentingnya menahan godaan, seperti dicontohkan dalam Al Quran tentang godaan Zulaikha terhadap Nabi Yusuf a.s. Islam sangat menghargai orang-orang yang dapat menahan godaan terutama bagi mereka yang usianya masih muda.
Salah satu aspek perkembangan penting lainnya adalah perkembangan spiritual. Dalam buku ini dibahas apa pengertian spiritualitas, perbedaannya dengan religiusitas, perkembangan spiritualitas dan penilaian intelegensi spiritualitas. Spiritualitas merupakan kebangkitan diri untuk mencapai tujuan dan makna hidup. Sedangkan perkembangannya ada beberapa pendapat antara lain tahap perkembangan kepercayaan Fowler, tahap perjalanan pertumbuhan spiritual Peck, tahap transisi spiritual Moody, dan tahap perkembangan spiritual sufistik.
Intelegensi spiritual merupakan akses manusia untuk menggunakan makna, visi dan nilai-nilai dalam jalan yang kita pikirkan dan keputusan yang kita buat. Zohar dan Marshall mengembangkan alat pengukuran SQ berdasarkan teori J.L. Holland yang membagi manusia atas enam tipe kepribadian (konvensional, sosial, investigative, artistic, realistic, dan kewirausahaan). SQ merupakan cara untuk melakukan integrasi, memahami dan beradaptasi dengan perspektif baru sehingga dapat meningkatkan spiritualitas seseorang.
Bahasan yang terakhir adalah kematian dan kehidupan setelah mati. Kematian merupakan salah satu tahap kehidupan yang dialami manusia. Menurut Islam kematian pada manusia terjadi ketika ruh terlepas dari jasadnya dan tidak kembali lagi. Kematian dalam Islam dibagi menjadi dua yaitu kematian permanen (maut) yang sifatnya menetap sampai hari kebangkitan dan kematian sementara (naum) atau lebih dikenal dengna istilah tidur. Pengharapan umat Islam terhadap jenis kematian yang akan mereka alami dapat mempengaruhi perilaku mereka selama di dunia.
Umat Islam percaya bahwa akan ada kehidupan setelah mati menurut Al Qur’an dan Al Hadits, meskipun analisis serangkaian data empirik menjelaskan kalau itu tidaklah ilmiah. Kesadaran akan adanya kehidupan setelah mati membimbing manusia untuk memiliki kesadaran yang lebih tinggi. Ada beberapa bahasan mengenai kehidupan setelah mati seperti alam barzakh, hari kebangkitan, serta neraka dan surga.
Pendidikan kematian diperlukan supaya dapat mempersiapkan orang untuk mengerti dan menyadari kehidupannya di dunia. Pendidikan ini dapat diberikan sejalan dengan waktu dari mulai anak-anak sampai dengan orang yang akan mati. Islam mengajarkan umatnya untuk menerima kematian sebagai jalan menuju eksistensi yang lebih baik pada hari kemudian.
Dengan demikian psikologi perkembangan Islami memiliki perbedaan dengan psikologi perkembangan yang berkembang saat ini. Psikologi perkembangan Islami tidak hanya mengenali faktor hereditas dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan seseorang namun juga mempercayai bahwa adanya kehendak Allah dalam mengarahkan perkembangan alam semesta. Selain itu psikologi perkembangan Islami juga membahas tidak hanya kehidupan duniawi tapi juga membahas kehidupan yang sifatnya transendental (ruhani).
Psikologi perkembangan Islami harus mengikuti filosofi manusia menurut Islam dengan mengkaji AL Qur’an dan Al Hadits. Oleh karena itu, Psikologi perkembangan Islami dapat memilih dan mengembangkan metode penelitian yang lebih sesuai dengan materi kajian yang dikembangkan. Namun juga harus memiliki validitas dan reabilitas yang tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar